Selasa, 08 April 2008

Asertivitas

Asertivitas adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan pihak lain. Dalam bersikap asertif, seseorang dituntut untuk jujur terhadap dirinya dan jujur pula dalam mengekspresikan perasaan, pendapat dan kebutuhan secara proporsional, tanpa ada maksud untuk memanipulasi, memanfaatkan atau pun merugikan pihak lainnya.

Apakah bedanya dengan agresif dan non-asertif ?

Seseorang dikatakan asertif hanya jika dirinya mampu bersikap tulus dan jujur dalam mengekspresikan perasaan, pikiran dan pandangannya pada pihak lain sehingga tidak merugikan atau mengancam integritas pihak lain. Sedangkan dalam agresif, ekspresi yang dikemukakan justru terkesan melecehkan, menghina, menyakiti, merendahkan dan bahkan menguasai pihak lain sehingga tidak ada rasa saling menghargai dalam interaksi atau komunikasi tersebut.

Sikap atau pun perilaku agresif cenderung akan merugikan pihak lain karena seringkali bentuknya seperti mempersalahkan, mempermalukan, menyerang (secara verbal atau pun fisik), marah-marah, menuntut, mengancam, sarkase (misalnya kritikan dan komentar yang tidak enak didengar), sindiran ataupun sengaja menyebarkan gosip.

Seseorang dikatakan bersikap non-asertif, jika ia gagal mengekspresikan perasaan, pikiran dan pandangan/keyakinannya; atau jika orang tersebut mengekspresikannya sedemikian rupa hingga orang lain malah memberikan respon yang tidak dikehendaki atau negatif.

Mengapa orang enggan bersikap asertif ?

Kebanyakan orang enggan bersikap asertif karena dalam dirinya ada rasa takut mengecewakan orang lain, takut jika akhirnya dirinya tidak lagi disukai ataupun diterima. Selain itu alasan “untuk mempertahankan kelangsungan hubungan” juga sering menjadi alasan karena salah satu pihak tidak ingin membuat pihak lain sakit hati. Padahal, dengan membiarkan diri untuk bersikap non-asertif (memendam perasaan, perbedaan pendapat), justru akan mengancam hubungan yang ada karena salah satu pihak kemudian akan merasa dimanfaatkan oleh pihak lain.

Seberapa asertif-kah Anda ?

Di bawah ini ada beberapa pertanyaan yang bisa Anda tanyakan pada diri Anda sendiri yang dapat menjadi indikator asertivitas.

· Apakah Anda terbiasa mengekspresikan secara jelas perasaan atau pandangan Anda pada orang lain ?

· Apakah Anda meminta tolong pada orang lain pada saat Anda memang membutuhkan pertolongan ?

· Apakah Anda mampu mengekspresikan kemarahan atau pun rasa tidak enak Anda secara proporsional pada pihak lain yang telah membuat Anda merasa sakit hati ?

· Apakah Anda suka bertanya pada orang lain pada saat menghadapi kebingungan ?

· Apakah Anda mampu memberikan pandangan secara terbuka saat Anda merasa tidak sepaham dengan pendapat orang lain ?

· Apakah Anda sering berbicara di depan kelas/umum ?

· Apakah Anda mampu untuk berkata “tidak” pada saat Anda tidak ingin melakukan pekerjaan tersebut ?

· Apakah Anda berbicara dengan sikap percaya diri, serta berkomunikasi secara hangat ?

· Apakah Anda memandang wajah lawan bicara Anda pada saat Anda berbicara dengannya ?

Tips untuk bersikap assertif

Tips untuk mampu mengatakan “tidak” terhadap permintaan yang tidak diinginkan

1. Tentukan sikap yang pasti, apakah Anda ingin menyetujui atau tidak. Jika Anda belum yakin dengan pilihan Anda, maka Anda bisa minta kesempatan berpikir sampai mendapatkan kepastian. Jika Anda sudah merasa yakin dan pasti akan pilihan Anda sendiri, maka akan lebih mudah menyatakannya dan Anda juga merasa lebih percaya diri.

2. Jika belum jelas dengan apa yang dimintakan pada Anda, bertanyalah untuk mendapatkan kejelasan atau klarifikasi.

3. Berikan penjelasan atas penolakan Anda secara singkat, jelas, dan logis. Penjelasan yang panjang lebar hanya akan mengundang argumentasi pihak lain.

4. Gunakan kata-kata yang tegas, seperti secara langsung mengatakan “tidak” untuk penolakan, dari pada “sepertinya saya kurang setuju..sepertinya saya kurang sependapat...saya kurang bisa.....”

5. Pastikan pula, bahwa sikap tubuh Anda juga mengekspresikan atau mencerminkan “bahasa” yang sama dengan pikiran dan verbalisasi Anda...Seringkali orang tanpa sadar menolak permintaan orang lain namun dengan sikap yang bertolak belakang, seperti tertawa-tawa dan tersenyum.

6. Gunakan kata-kata “Saya tidak akan....” atau “Saya sudah memutuskan untuk.....” dari pada “Saya sulit....”. Karena kata-kata “saya sudah memutuskan untuk....” lebih menunjukkan sikap tegas atas sikap yang Anda tunjukkan.

7. Jika Anda berhadapan dengan seseorang yang terus menerus mendesak Anda padahal Anda juga sudah berulang kali menolak, maka alternatif sikap atau tindakan yang dapat Anda lakukan : mendiamkan, mengalihkan pembicaraan, atau bahkan menghentikan percakapan.

8. Anda tidak perlu meminta maaf atas penolakan yang Anda sampaikan (karena Anda berpikir hal itu akan menyakiti atau tidak mengenakkan buat orang lain)...Sebenarnya, akan lebih baik Anda katakan dengan penuh empati seperti : “ saya mengerti bahwa berita ini tidak menyenangkan bagimu.....tapi secara terus terang saya sudah memutuskan untuk ...”

9. Janganlah mudah merasa bersalah ! Anda tidak bertanggung jawab atas kehidupan orang lain...atau atas kebahagiaan orang lain, bukan.....

10. Anda bisa bernegosiasi dengan pihak lain agar kedua belah pihak mendapatkan jalan tengahnya, tanpa harus mengorbankan perasaan, keinginan dan kepentingan masing-masing

KEORGANISASIAN

SALAM KEBEBASAN BERFIKIR…!!!

HIDUP HMM……..!!!


q DEFINISI, FUNGSI, dan BENTUK

  • Proses terbentuknya organisasi

Individu Kerumunan Kelompok Organisasi

  • Individu : Manusia secara pribadi
  • Kerumunan :

Kumpulan individu – individu disuatu tempat, dimana Setiap individu mempunyai tujuan masing – masing. (tidak ada satu tujuan). Sebagian besar diantara individu – individu tersebut tidak saling mengenal.

  • Kelompok :

Kumpulan dari individu yang sudah saling mengenal dan memiliki satu tujuan bersama.

  • Organisasi :

Kumpulan dari individu yang sudah saling mengenal, memiliki tujuan bersama, dan melakukan pembagian tugas dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan bersama tersebut. Hal ini memunculkan struktur organisasi.

Dari devinisi diatas, maka organisasi memiliki unsur – unsur yang terdiri atas :

  1. Terdiri dari dua individu atau lebih.
  2. Memiliki tujuan.
  3. Ada kerjasama diantara para individu.
  4. Pengaturan hubungan antara individu, sehinga meunculkan struktur.

FUNGSI ORGANISASI

Salah satu kodrat manusia adalah sebagai mahluk social, oleh karena itu dia dituntut untuk dapat bekerja sama dengan mahluk lainnya dalam rangka memenuhi kebutuhan. Organisasi adalah suatu hubungan kerja sama antar manusia yang terstruktur dan terlembaga, yang mempunyai beberapa fungsi, antara lain :

1. Sebagai alat untuk mencapai tujuan, dimana seseorang mempunyai keterbatasan dalam mencapai tujuan terebut seorang diri.

2. Untuk melestarikan pengetahuan, karena dalah organiasi pasti ada prose transformasi ide, paling tidak yang berkenaan dengan tujuan dan cara organissasi mencapai tujuan tersebut.

3. Wadah untuk melakukan pengembangan diri melalui akualisasi dan kompetisiyang positif diantara para anggota organisasi.

BENTUK – BENTUK ORGANISASI

Secara umum ada dua bentuk organisasi, yaitu :

· Organisasi Lini, dimana pola hubungan mengalir melalui garis vertical dan biasanya bersifat instruktif. Contoh : Organisasi militer.

  • Organisasi Fungsional, lebih menekankan pada pola hubungan horizontal dan yang bersifat koordinatif, dimana setiap bagian telah mngetahui tugas dan tanggung jawabnya secara jelas. Contoh : Organisasi departemen (perhubungan, keuangan, dll).

Organisaisi lini dan fungsional, yaitu pola hubungan organisasi yang menggabungkan bentuk lini dan fungsional. Contoh : Kelompok usaha yang memiliki beerapa jenis usaha dan mempunyai jaringan yang luas. Misal : Lippo Group.

q MANAJEMEN ORGANISASI

Manjemen adalah suatu proses mengatur dan memimpin organisasi untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Dalam organisasi, manajemen memiliki 6 fungsi, yaitu :

  1. Planing : Proses perencanaan kegiatan. (alat yang dipakai adalah 5 W + 1 H)
  2. Organizing : Proses pendelegasian tugas dan wewenang sesuai dengan perencanaan kegiatan yang telah dibuat. (alat yang dipakai adalah struktur organisasi).
  3. Actuating : Proses pelaksanaan dari rencana kegiatan yang telah dibuat, dengan menggerakkan struktur yang telah disusun. (alat yang dipakai adalah 5 W + 1 H serta struktur organisasi).
  4. Controling : Proses control terhadap perangkat organisasi. dimana dengan adanya control diharapkan kegiatan berjalan lebih optimal. (alat yang dipakai adalah analisa SWOT).
  5. Directing : Proses pengarahan dari kegiatan yang sedang dilaksanakan.
  6. Evaluating : Proses pengaevaluasian terhadap pencapaian hasil kegiatan.

Yang dimaksud dengan 5 W + 1H dan analisa SWOT

5 W + 1 H (What, Who, Where, When, Why, How)

v What (apa)

Menentukan hal apa yang akan dijadikan sumber masalah.

v Who (siapa)

Siapa yang menjadi sumber masalah.

v Where (dimana)

Dimana permasalahan ini berlangsung.

v When (kapan)

Kapan permasalahan ini terjadi.

v Why (kenapa)

Kenapa permasalahan ini terjadi.

v How (bagaimana)

Bagaimana permasalahan ini terjadi. Dari hal ini diketahui sebab akibat permasalahan.

SWOT (Strength, Weakness, Oportunity, Threatness)

Suatu analisa yang terjadi melalui pendataan dengan membandingkan dua hal yang kontradiktif

v Strength (kekuatan/kelebihan)

Penganalisaan sebagai sumber permasalahan yang bersifat mengunggulkan kelebihan yang dimiliki.

v Weakness (kelemahan)

Penganalisaan sumber permasalahan yang bersifat melemahkan atau berupa kekurangan yang dimiliki.

v Opportunity (Kesempatan)

Kesempatan sumber permasalahan yang dapat dijadikan sebagai peluang untuk mencapai tujuan.

v Threatness (ancaman)

Suatu ancaman yang mampu menggagalkan tujuan yang kita inginkan.

q REGENERASI

Suatu proses dalam suatu organisasi untuk mencari generasi – generasi penerus guna menggantikan kepengurusan maupun Kepemimpinan ditahun berikutnya.

Proses ini biasanya dilakukan dengan cara pelatihan – pelatihan formal dan informal. Sebagai contoh :

v Pelatihan Formal :

1. LKMM / Diklat

Yang selalu dilaksanakan oleh Organisasi khususnya HMM guna memberikan bekal wacana dan pengetahuan tentang Organisasi dan kepemimpinan.

2. Kepanitiaan PROKER HMM

Pelatihan ini dilaksanakan secara bersama – sama antara Pengurus atau komisi dan anggota aktif HMM yang baru melalui suatu kepanitiaan guna mensukseskan suatu kegiatan yang diselenggarakan HMM.

v Pelatihan Informal :

Pelatihan ini dilaksanakan dengan cara sharing discus dikampus maupun luar kampus.

Dalam suatu organisasi Regenerasi sangatlah diperlukan karena mengingat bahwa setiap pergantian tahun atau kepengurusan kita mempersiapkan dan mempunyai calon pemimpin baru yang bisa memimpin organisasi tersebut menuju yang lebih baik dari tahun – tahun sebelumnya.

q HUBUNGAN ORGANISASI dan BIROKRASI

Sebuah organisasi sangat erat hubungannya dengan birokrasi (system/lembaga yang menaungi) organisasi tersebut. Organisasi kita dilingkungan kampus selalu akan berinteraksi dengan pihak lembaga baik dalam kegiatan maupun kebijakan – kebijakan yang melibatkan mahasiswa.

Dalam setiap kegiatan yang dilakukan ormawa perlu adanya pemberitahuan kepada pihak lembaga guna mendapatkan izin dan dana yang akan kita gunakan untuk melakukan kegiatan tersebut. Untuk memberitahukan kegiatan yang akan kita laksanakan dan mendapatkan dana tersebut kita menggunakan surat formal berupa proposal kegiatan. Dalam proposal ini memuat penjelasan lengkap tentang kegiatan yang akan kita laksanakan mulai dari pendahuluan, tujuan, sasaran, waktu kegiatan, kepanitian, susunan acara, anggaran dana, dan lembar pengesahan yang ditanda tangani oleh pihak – pihak yang berwenang. Yang perlu digaris bawahi disini adalah bahwa dana yang kita pakai untuk setiap kegiatan kita adalah uang dari MAHASISWA. Oleh karenanya kita harus bisa mempertanggungjawabkannya benar – benar untuk kepentingan mahasiswa.

Selain dalam mengadakan kegiatan, Ormawa sebagai perwakilan mahasiswa juga harus bisa memperjuangkan perubahan demi kepentingan mahasiswa. Terkadang banyak sekali kebijakan – kebijakan yang dikeluarkan lembaga merugikan mahasiswa. Hal ini yang sering menjadikan PRO dan KONTRA antara ormawa dan lembaga. Permasalahan seperti ini yang perlu kita kritisi dan kita perjuangkan agar lembaga tidak semena – mena dalam menentukan kebijakan. Apabila terjadi konflik seperti ini, kita gunakan negosiasi untuk mencari win – win solution atau jalan tengah untuk menyelesaikannya.

Sebelum melakukan perubahan terdapat hal-hal yang perlu dilakukan, diantaranya :

1. Tujuan

Tujuan melakuka perubahan ini harus jelas karena terkait dengan visi dan misi yang ada didalam suatu organisasi.

2. Derajat masalah

Suatu proses dimana terjadi apabila permasalahan dipandang mudah.

3. Keterkaitan masalah

Masalah yang akan diubah

4. Hirarki organisasi yang jelas

Digunakan untuk mengendalikan suatu organisasi untuk melakukan suatu perubahan

5. Tingkat kesetiaan

Perubahan yang akan dilakukan itu apakah membuat organisasi menjadi lebih baik atau malah jadi dilema.

Setiap individu ada pro dan kontra teradap adanya sebuah perubahan dalam setiap organisasi, individu yang pro memandang bahwa perubahan yang dilakukan akan membawa lingkungan organisasinya pada sesuatu yang membawa pada keadaan yang lebih baik, sedangkan individu yang kontra merasa bahwa perubahan yang akan dilakukan akan membawa organisasinya pada kerugian ancaman dan merusak sistem

SALAM KEBEBASAN BERFIKIR…!!!

HIDUP HMM……..!

PENGERTIAN RETORIKA

Retorika adalah suatu gaya/seni berbicara baik yang dicapai berdasarkan bakat alami (Talenta) dan keterampilan teknis. Dewasa ini retorika diartikan sebagai kesenian untuk berbicara baik, yang dipergunakan dalam proses komunikasi antar manusia. Kesenian berbicara ini bukan hanya berarti berbicara secara lancar tampa jalan fikiran yang jelas dan tampa isi, melainkan suatu kemampuan untuk berbicara dan berpidato secara singkat, jelas, padat dan mengesankan. Retorika modern mencakup ingatan yang kuat , daya kreasi dan fantasi yang tinggi ,teknik pengungkapan yang tepat dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat. Ber-retorika juga harus dapat dipertanggung jawabakan disertai pemilihan kata dan nada bicara yang sesuai dengan tujuan, ruang, waktu, situasi, dan siapa lawan bicara yang dihadapi.

Titik tolak retorika adalah berbicara. Berbicara berarti mengucapkan kata atau kalimat kepada seseorang atau sekelompok orang, untuk mencapai suatu tujuan tertentu (misalnya memberikan informasi atau memberi informasi). Berbicara adalah salah satu kemampuan khusus pada manusia. Oleh karena itu pembicaraan setua umur bangsa manusia. Bahasa dan pembicaraan ini muncul, ketika manusia mengucapkan dan menyampaikan pikirannya kepada manusia lain.

Retorika modern adalah gabungan yang serasi antara pengetahuan, fikiran , kesenian dan kesanggupan berbicara. Dalam bahasa percakapan atau bahasa populer, retorika berarti pada tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, atas cara yang lebih efektif, mengucapkan kata – kata yang tepat, benar dan mengesankan . ini berarti orang harus dapat berbicara jelas, singkat dan efektif . jelas supaya mudah dimengerti; singkat untuk menghemat waktu dan sebagai tanda kepintaran ; dan efektif karena apa gunanya berbicara kalau tidak membawa efek ? dalam konteks ini sebuah pepatah cina mengatakan ,”orang yang menembak banyak, belum tentu seorang penembak yang baik. Orang yang berbicara banyak tidak selalu berarti seorang yang pandai bicara.”

Keterampilan dan kesanggupan untuk menguasai seni berbicara ini dapat dicapai dengan mencontoh para rektor atau tokoh-tokoh yang terkenal dengan mempelajari dan mempergunakan hukum – hukum retorika dan dengan melakukan latihan yang teratur. dalam seni berbicara dituntut juga penguasaan bahan dan pengungkapan yang tepat melalui bahasa.

DIALETIKA, PUBLIK SPEAKING

Dialektika adalah metode untuk mencari kebenaran lewat diskusi dan debat. Melalui dialektika yang dimiliki orang dapat menyelami suatu masalah, mengemukakan pendapat dan menyusun jalan pikiran secara logis.hubungan retorika dengan dialektika adalah karena diskusi dan debat juga merupakan bagian dari ilmu retorika.

Public speaking adalah cara berbicara didepan khalayak umum yang sangat menuntut kelancaran berbicara, control emosi, pemilihan kata dan nada bicara, kemampuan untuk mengendaliakan suasana, dan juga penguasaan bahan yang akan dibicarakan. Dalam public speaking juga dibutuhkan penguasaan medan dan pengenalan terhadap karakter audience yang diajak berbicara dan bahasa juga menyangkut gaya tubuh yang menunjang materi pembicaraan.

Ilmu retorika, dialektika, dan public speaking secara umum diperlukan oleh semua orang, tetapi secara khusus sangat diperlukan oleh mereka yang bergerak dibidang politik, komunikasi dan juga seorang manajer.

Dalam pengaplikasian dari retorika juga sangat diperlukan kemampuan berfikir secara cepat dan tepat dalam menganalisa perkataan lawan bicara serta apa yang diperlukan perkataan lawan bicara serta apa yang akan kita bicarakan. Jika diskusi dilakukan secara berkelompok maka juga akan diperlukan kemampuan berkoordinasi secara cepat dengan atau tanpa harus melakukan perundingan terlebih dahulu.

KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI

bagan


PROSES KOMUNIKASI

Keterangan;

SUMBER : awal dari pesan dengan pengkodean pikiran.

PENGKODEAN : simbol yang harus diterjemahkan dalam bentuk yang dapat diterima oleh penerima pesan.

SALURAN : medium tempat pesan dihantarkan, saluran diseleksi oleh sumber, untuk menentukan menggunakan seleksi formal atau informal.

DEKODING :

PENERIMA : obyek yang menjadi tujuan penyampaian pesan.


KOMUNIKASI

  • Tidak ada kelompok atau organisasi yang dapat bertahan tanpa adanya komunikasi.lewat perpindahan makna dari satu orang ke orang lain,informasi dan gagasan dapat aplikasikan.
  • Komunikasi bukan hanya penanaman makna tapi juga harus dipahami.
  • Komunikasi harus mencakup perpindahan dan pemahaman makna.

HAMBATAN – HAMBATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF.

Ø Penyaringan.

Ø Persepsi selektif

Ø Bahasa.

Ø Informasi yang berlebihan.

Ø Emosi.

Ø Kegelisahan komunikasi.

Ø Pembiasan penyampaian.

Senin, 07 April 2008

secuil pandang

Tentang Masalah Dialektika

Oleh V.I. Lenin

Terbagiduanya suatu kesatuan dan pengenalan atas bagian-bagian yang berkontradiksi (lihat kutipan dari Philo tentang Heraclitus pada awal Bagian III, “Tentang Pengenalan”, dalam buku Lassalle tentang Heraclitus) adalah hakekat (salah satu “yang hakiki”, salah satu karakteristik atau ciri yang pokok, jika bukan yang terpokok) dialektika. Justru demikianlah Hegel juga mengajukan masalah itu (Aristoteles di dalam “Metafisika”-nya senantiasa bergumul di sekitar itu dan berjuang melawan Herackitus dan ide-ide Heraclitus).

Kebenaran segi isi dialektika ini harus diuji oleh sejarah ilmu. Biasanya segi dialektika ini tidak cukup mendapat perhatian (umpamanya, pada Plekhanov): kesamaan dari segi-segi yang bertentangan diambil sebagai jumlah contoh–contoh [“umpamanya, benih”; “umpamanya, komunisme primitif”. Demikian juga pada Engels. Tetapi itu untuk “kepentingan popularisasi ….”], tetapi bukan sebagai hukum pengenalan (dan sebagai hukum dunia objektif).

Dalam matematika : + dan -, diferensial dan integral.
Dalam mekanika : aksi dan reaksi.
Dalam fisika : listrik positif dan listrik negatif.
Dalam ilmu kimiah : persenyawaan dan penguraian atom-atom.
Dalam ilmu sosial : perjuangan klas.

Kesamaan dari segi-segi yang bertentangan (mungkin, akan lebih tepat dikatakan “kesatuan” mereka ? meskipun perbedaan antara istilah kesamaan dan kesatuan disini tidaklah istimewa pentingnya. Dalam pengertian tertentu kedua-duanya benar) adalah pengakuan (penemuan) adanya tendens-tendens yang berkontradiksi, saling menyisihkan dan berlawanan didalam segala gejala dan proses alam (termasuk jiwa dan masyarakat). Syarat bagi pengetahuan tentang semua proses dunia dalam “gerak sendiri” mereka, dalam perkembangan spontan mereka, dalam kehidupan nyata mereka, adalah pengetahuan tentang mereka sebagai kesatuan dari segi-segi yang bertentangan. Perkembangan adalah “perjuangan” dari segi-segi yang bertentangan. Dua konsepsi yang pokok (atau dua konsepsi yang mungkin ? atau dua konsepsi yang tampak dalam sejarah ?) tentang perkembangan (evolusi) ialah: perkembangan sebagai pengurangan dan penambahan, sebagai pengulangan, dan perkembangan sebagai kesatuan dari segi-segi yang berlawanan (terbagi-duanya suatu kesatuan atas segi-segi yang berlawanan yang saling menyisihkan dan saling berhubungan antara mereka).

Dalam konsepsi pertama tentang gerak, gerak sendiri, tenaga penggeraknya, sumbernya, motifnya, tetap tersembunyi (atau sumber ini dipindahkan keluar – Tuhan, subjek, dan sebagainya). Dalam konsepsi kedua perhatian utama justru ditujukan terhadap pengetahuan tentang sumber gerak “sendiri “.

Konsepsi yang pertama mati, pucat, kering. Yang kedua – hidup. Hanya yang kedua lah yang memberikan kunci untuk “gerak sendiri” dari segala sesuatu yang ada; hanya itu lah yang memberi kunci untuk “lompatan-lompatan”, untuk “terputusnya keberangsur-angsuran”, untuk “perubahan menjadi segi kebalikannya”, untuk hancurnya yang lama dan munculnya baru.

Kesatuan (kesesuaian, kesamaan, keseimbangan-aksi) segi-segi yang berlawanan adalah bersyarat, sementara, tak kekal, relatif. Perjuangan segi-segi yang berlawanan yang saling menyisihkan adalah mutlak, sebagaimana juga perkembangan dan gerak adalah mutlak.

N.B. Kebetulan, bedanya subjektivisme (skeptisisme[1] dan sofistri[2], dan sebagainya) dari dialektika, yalah bahwa dalam dialektika (objektif) perbedaan antara yang relatif dengan yang mutlak adalah relatif. Bagi dialektika objektif, didalam yang relatif ada yang mutlak. Bagi subjektivisme dan sofistri yang relatif hanyalah relatif dan menyisihkan yang mutlak.

Marx didalam “Kapital” pertama-tama menganalisa hubungan yang paling sederhana, paling biasa, paling pokok, paling umum, paling bersifat sehari-hari didalam masyarakat burjuis (masyarakat barang-dagangan), hubungan yang dijumpai bilyunan kali – pertukaran barang-dagangan. Didalam gejala yang sangat sederhana ini (di dalam “sel” masyarakat burjuis ini) analisa menyingkapkan semua kontradiksi (atau benih-benih semua kontradiksi) masyarakat modern. Pembahasan selanjutnya menunjukkan kepada kita perkembangan (baik pertumbuhan maupun gerak) kontradiksi-kontradiksi ini dan masyarakat ini, dalam jumlah (aslinya Sigma dalam abjad Yunani) dari bagian-bagiannya yang tersendiri-sendiri, dari awal sampai akhir.

Demikian pulalah seharusnya metode pembahasan (atau studi) dialektika pada umumnya (karena bagi Marx, dialektika masyarakat burjuis hanyalah suatu dialektika dalam kejadian khusus). Mulailah dari apa yang paling sederhana, paling biasa, paling umum terlihat dan sebagainya, dari kalimat apa saja pun yang dikemukakan: daun pohon adalah hijau; Iwan adalah manusia; Zhucyka adalah anjing dan sebagainya. Disini pun sudah ada dialektika (sebagaimana secara zenial telah diperhatikan oleh Hegel): yang khusus adalah yang umum (bandingkan dengan Metafisika Aristoteles, terjemahan Schwegler, jilid II, halaman 40, Buku ke 3, Bab 4, 8-9: “denn naturlich kann man nicht der Meinung sein, dasz es ein Haus – rumah pada umumnya – gebe auszer den sichtbaren Hausern”, “sebab, tentu saja kita tidak dapat mempunyai pendapat bahwa ada suatu rumah – pada umumnya – selain daripada rumah-rumah yang kelihatan”). Artinya, segi-segi yang bertentangan (yang khusus bertentangan dengan yang umum) adalah sama: yang khusus tidak ada selain dalam hubungan yang membimbing menuju yang umum. Yang umum ada hanya didalam yang khusus, dan melalui yang khusus. Setiap yang khusus (bagaimana pun juga) adalah yang umum. Setiap yang umum adalah (bagian kecil atau suatu segi atau hakekat) dari yang khusus. Setiap yang umum hanyalah kurang-lebih mencakup semua hal-hal yang khusus. Setiap yang khusus masuk secara tidak sepenuhnya kedalam yang umum dan sebagainya dan sebagainya. Setiap yang khusus dihubungkan dengan yang khusus-khusus jenis lainnya (benda-benda, gejala-gejala, proses-proses) dan sebagainya oleh ribuan peralihan. Di sini sudah ada unsur-unsur, benih-benih, pengertian-pengertian keharusan, hubungan objektif dalam alam dan sebagainya. Disini sudah kita dapati kebetulan dan keharusan, gejala dan hakekat, karena ketika kita mengatakan: Iwan adalah manusia, Zhucyka[3] adalah anjing, Ini adalah daun pohon dan sebagainya, kita mengabaikan serentetan ciri-ciri sebagai yang kebetulan, kita memisahkan yang hakekat dari gejala, dan mempertentangkan yang satu terhadap yang lain.

Jadi, dalam perumpamaan apa-saja pun dapat (dan harus), menyingkap benih-benih semua unsur dialektika sebagaimana halnya didalam “inti” (“sel”), dengan demikian menunjukkan bahwa dialektika terkandung dalam seluruh pengetahuan manusia pada umumnya. Dan ilmu alam menunjukkan kepada kita (dan sekali lagi itu harus ditunjukkan dalam contoh apa-saja pun yang paling sederhana) alam objektif dalam kwalitas-kwalitas yang sama, perobahan yang khusus menjadi yang umum, yang kebetulan menjadi yang keharusan, peralihan-peralihan, perpindahan-perpindahan, saling hubungan dari segi-segi yang bertentangan. Dialektika adalah teori pengetahuan (Hegel dan) Marxisme: terhadap “segi” persoalan inilah (itu bukan “segi” persoalan, tetapi hakekat persoalan) Plekhanov tidak menaruh perhatian, apalagi kaum Marxis lainnya.

***

Pengetahuan digambarkan dalam bentuk serangkaian lingkaran, baik oleh Hegel (lihat Logika) – maupun oleh Paul Volkmann (lihat bukunya Erkenntnistheoretische Grundzuge, S.) seorang “epistemolog” modern ilmu alam, seorang eklektik[4], dan musuh Hegelianisme (yang tidak difahaminya !).

“Lingkaran-lingkaran” dalam filsafat: [diharuskankah
khronologi mengenai tokoh-tokoh ? Tidak !]

Kuno: dari Democritus hingga Plato dan hingga
Dialektika Heraclitus.

Renaissance: Descartes lawan Gassendi (Spinoza ?)

Modern: Holbach – Hegel (lewat Berkeley, Hume, Kant).
Hegel - Feurbach - Marx.

Dialektika sebagai pengetahuan yang hidup, banyak-segi (dengan jumlah segi yang secara abadi bertambah) dengan variasi yang takterbatas dari setiap metode pendekatan dan setiap pendekatan ke kenyataan (dengan suatu sistim filsafat yang tumbuh menjadi satu keseluruhan dari tiap-tiap variasi) demikianlah isi yang tak terukur kayanya dibandingkan dengan materialisme “metafisik”, yang kemalangan fundamentalnya yalah ketidak-mampuan menggunakan dialektika pada Bildertheorie[5], pada proses dan perkembangan pengetahuan.

Dari segi pandangan materialisme yang kasar, sederhana, metafisik, idealisme filsafat hanya omong-kosong. Sebaliknya dari segi pandangan materialisme dialektik , idealisme filsafat adalah perkembangan (penggembungan, pembengkakan) satu-segi , yang dibesar-besarkan, uberschwengliches (Dietzgen)[6], salah satu segi dari ciri-ciri, segi-segi, batas-batas pengetahuan, menjadi kemutlakan yang terlepas dari materi, dari alam, yang percaya pada kekuatan gaib. Idealisme adalah obskurantisme Klerikal[7]. Benar. Tetapi ( “lebih tepa “ dan “selain ini daripada it u “) idealisme filsafat adalah jalan menuju obskurantisme klerikal melalui salah satu varIasi pengetahuan (dialektik) manusia yang tak terbatas rumitnya.

NB. Ini perumpamaan.

Pengetahuan manusia bukanlah (atau tidak mengikuti) garis-lurus, tetapi garis lengkung yang secara tak terhingga mendekati serangkaian lingkaran, spiral. Setiap potongan, patahan, potongan-kecil dari garis-lengkung itu dapat diubah (diubah secara satu segi) menjadi garis-lurus yang berdiri sendiri, lengkap, yang kemudian (jika orang hanya melihat pohon-pohon saja tetapi tidak melihat hutannya) membimbing ke rawa, ke obskurantisme klerikal (dimana ia diperkuat oleh kepentingan klas dari klas-klas yang berkuasa). Kegaris-lurusan dan kesatu-segian, kekakuan dan sifat membatu, subjektivisme dan kebutaan subjektif, voila (inilah) akar-akar epistemogi idealisme. Dan obskurantisme klerikal (idealisme filsafat), sudah tentu mempunyai akar-akar epistemologi, ia bukannya tak mempunyai dasar, tak dapat disangkal ia adalah bunga mandul, tetapi bunga mandul yang tumbuh pada pohon hidup pengetahuan manusia, pengetahuan yang hidup, berguna, murni, perkasa, mahakuasa, objektif, mutlak.

Ditulis tahun 1915.
Diterbitkan untuk pertama kali dalam tahun 1925 dalam majalah Bolsyewik No 5-6.

Catatan:
[1] Skeptisisme: Aliran filsafat di zaman keruntuhan sistim perbudakan di Yunani dan Roma. Aliran tersebut menyangsikan kemungkinan adanya pengetahuan yang terpercaya tentang kebenaran objektif dan selanjutnya tentang perkembangan fikiran manusia.
[2] Sofistri: Metode pembahasan yang didasarkan atas pandangan sofisme. Sedang sofisme adalah pandangan yang secara formal tampaknya benar, tetapi pada hakekatnya adalah kesimpulan yang bohong, yang didasarkan pada pilihan-pilihan yang diambil secara tidak benar dari situasi yang sedang berjalan, dengan jalan di- karang-karang sebelumnya.
[3] Zhucyka: Nama anjing yang populer di Russia, seperi halnya di negeri kita “Si Hitam”, “Si Belang”.
[4] Eklektik: Cara menganalisa suatu gejala dalam alam atau masyarakat yang hanya memilih satu atau beberapa segi, atau pihak, atau sifat-sifat dan yang untuk sebagian besar atau semata-mata berpedoman pada yang lazim, atau yang paling sering diketahui.
[5] Bildertheorie: Teori refleksi, teori pencerminan, atau pemantulan.
[6] Uberschwengliches: Yang dimaksud dengan istilah ini oleh Dietzgen yalah: yang dibesar-besarkan, di luar ukuran, tanpa ukuran.
[7] Obskurantisme klerikal: Pandangan yang berdasarkan mistik keagamaan, yang didukung oleh lingkungan pengaruh Gereja.

***
Terjemahan dari kumpulan karya Lenin, jilid XXXVIII, edisi ke-IV Bahasa Russia, dengan mempergunakan juga “Pustaka Ketjil Marxis Sembilan Belas” terbitan Jajasan “Pembaruan”, 1958. Penerjemah: Suar Suroso.